universitas gunadarma

Sabtu, 22 Juni 2013

Top 8 Negara Dengan Koneksi Internet Paling Cepat

BeritUnik.net - Kecepatan Sambungan Internet rata-rata di dunia hanya 2 mbps, kecepatan yang mungkin terdengar bagus, sampai Anda menemukan bahwa pengguna internet lain mempunyai 30 Kali lipat kecepatan dari rata – rata dan membayar hanya beberapa sen untuk mendapatkannya
Banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk memberikan semua orang akses yang sama ke internet. Sampai saat itu, kesempatan terbaik untuk mendapatkan layanan yang lebih baik dan lebih terjangkau akan terus berkembang. inilah 8 tempat terbaik untuk ditinggali bila anda mendambakan internet yang cepat.
1. Jepang – 60 Mbps.
Biaya per Mbps 27 ¢ per bulan. sedangkan di AS $3.33
2. Korea Selatan – 34,66Mbps


Meskipun tidak dalam kecepatan rata-rata, Korea Selatan adalah nomor satu dalam kecepatan asal, yang berarti bahwa rata-rata, file download yang lebih cepat di Korea Selatan daripada yang mereka lakukan di tempat lain di dunia.
Kecepatan rata-rata Dunia 7 mbps untuk download, tapi di Seoul, Korea Selatan, kecepatan download rata-rata 34,66 mbps, yang hanya sedikit lebih cepat dari rata-rata nasional.Akses internet cepat di Korea Selatan juga cukup murah rata-rata hanya 45 ¢ per mbps per bulan.
3. Latvia – Rata – rata 28 mpbs.
Negara Latvia sendiri mengklaim kecepatan Internet rata-rata 24 mbps, walaupun kami tidak memiliki data untuk biaya rata-rata pelayanan di sana.
4. Finlandia – 22 Mbps
Kesenjangan antara terbaik ketiga negara dan kedua untuk internet yang cepat lebih luas daripada yang Anda kira. Pengguna di Finlandia membayar lebih dari 6 kali lipat lebih mahal dari Korea Selatan untuk sambungan mereka, tetapi kecepatan rata-rata hanya 22 mbps (yang lambat bila dibandingkan dengan Jepang). Anda juga mungkin ingat bahwa Finlandia adalah negara pertama yang memiliki akses internet universal diakui sebagai hak hukum.
5. Republik Moldova – 21,4 mbps,
menempatkannya tepat di bawah Finlandia, meskipun biaya sambungan data tidak tersedia.
6. Swedia – 18 Mbps
Swedia Meskipun memiliki kecepatan rata-rata lebih lambat, pengguna membayar hanya 63 ¢ per megabyte rata-rata, harga yang sejauh ini merupakan terendah di Eropa dan di antara yang terendah di dunia.
7. Perancis – mendekati 18 Mbps
With citizens downloading at an average of nearly 18 mbps, French internet users are among the world’s elite. Dengan kecepatan download rata-rata hampir 18 mbps, pengguna internet Perancis diantara yang paling elit di dunia. Masalahnya adalah bahwa mereka membayar hampir 3 kali lipat Swedia.
8. Belanda – 9 Mbps
biaya tertinggi di barat, $ 4,33 per Mbps bandwidth.
Data menunjukkan bahwa kecepatan yang tercepat di Asia dan Eropa, adalah Polandia walaupun biayanya $ 13,00 per mbps per bulan .

kisah bung karno part 3


Zaman Soekarno keras pada Israel

Nama negeri zionis Israel sebenarnya tak asing di telinga rakyat Indonesia. Sejak zaman PresidenSoekarno , Indonesia kukuh menolak mengakui keberadaan Israel sebagai suatu negara.

Sebab, negeri Bani Israil itu menjajah tanah rakyat Palestina. Hal itu tentu tak sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yang menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi.

Meski segala bentuk rayu dilakukan Israel terhadap Indonesia, Bung Karno dan wakilnya Moh Hatta tak goyang atas pendiriannya. Salah satu contohnya adalah rencana Israel memberi pengakuan kedaulatan penuh kepada Indonesia pada 1950.

Saat itu, Bung Hatta hanya menjawab telegram dari Menteri Luar Negeri Israel Moshe Sharett itu dengan ucapan terimakasih. Bung Hatta tidak menerima pengakuan kedaulatan dari Israel.

Bahkan, rencana Israel untuk mengirim misi perdamaian ke Indonesia ditolak mentah-mentah oleh proklamator kemerdekaan RI itu. Penolakan itu disampaikan Hatta dalam sebuah surat balasan yang dikirimkannya kepada Sharett pada Mei 1950.

Sikap keras juga ditunjukan oleh Bung Karno terhadap Israel. Bung Karno dengan tegas menyebut Israel sebagai penjajah. Bung Karno dengan tegas mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merebut tanah airnya dari penguasaan negeri Bintang Daud itu.

"Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel," kata Bung Karno dalam pidatonya pada 1962 silam.

Tak hanya itu, Bung Karno bahkan dengan lantang menentang kepesertaan Israel dan Taiwan di Asian Games. Hal itu ditunjukan Bung Karno dengan tidak mengundang Israel dan Taiwan di Asian Games tahun 1962 yang berlangsung di Jakarta.

Atas sikap tegas Bung Karno itu, Komite Olimpiade Internasional (KOI) kemudian mencabut sementara keanggotaan Indonesia dalam organisasi tersebut. Tak kalah galak, Bung Karno lantas menyatakan Indonesia keluar dari KOI dan menggagas dibentuknya olimpiade tandingan dengan nama GANEFO (Games of the New Emerging Forces).


Zaman Soekarno ABG wanita jadi pejuang, era sekarang jadi germo

Siswi kelas 3 SMP Swasta di Surabaya, Jawa Timur menjadi mucikari. Selama enam bulan menjalani profesinya itu, NA (15), warga Surabaya itu sudah menjual tujuh anak baru gede (ABG) ke pria hidung belang.

Gadis ini bahkan sedang bugil di hotel ketika ditangkap polisi. NA juga tega 'menjual' kakak kandungnya pada pria hidung belang. Semua dilakukan demi mendapat materi, bisa punya HP bagus, pakaian modis dan bisa nongkrong di mal.

Entah kemarahan apa jika Presiden Soekarno yang sangat membanggakan pemuda dan pemudi Indonesia melihat kelakuan NA dan ABG masa kini yang menjadi pelacur.

Tahun 1947, Indonesia yang baru saja merdeka kembali diserang Belanda. Serangan yang dimulai 21 Juli 1947 itu membuat kocar-kacir pertahanan republik. Tapi seluruh rakyat Indonesia tak sudi dijajah kembali. Maka lahirlah slogan yang sangat terkenal 'sekali merdeka tetap merdeka!'

Pada saat negara terancam itulah Soekarno menyampaikan kekagumannya pada para gadis remaja Indonesia. Mereka turut bertempur mempertahankan kemerdekaan. Semangat dan pengorbanan mereka tak kalah dari kaum pria.

"Kaum perempuan bertempur juga. Revolusi kami telah memberikan kemerdekaan bagi kaum perempuan. Mereka tidak lagi menjadi warga negara kelas dua. Di masa kejayaan Sriwijaya dan Majapahit kami memiliki panglima perempuan dan beberapa ratus tahun setelah itu gadis Indonesia di desa-desas sekeras mereka," kata Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.

Soekarno menggambarkan para remaja putri kala itu. Mereka bertempur dengan rambut dikepang, mengenakan celana panjang dan menyandang senapan otomatis.

"Para perempuan muda itu berjalan ke mana-mana dengan sabuk peluru diselempangkan ke badannya. Sementara perhiasan yang dikenakannya adalah senapan yang mengkilat," kenangSoekarno .

Soekarno pun menceritakan sekretarisnya yang berasal dari Pulau Tello. Dia gadis yang periang dan cantik. Tapi ketika pecah perang, dia ikut berjuang melawan Belanda. Dan betapa terkejutnyaSoekarno ketika gadis itu membawakan hadiah dalam keranjang.

Apa isinya? Ternyata kepala seorang tentara Belanda!

Soekarno terkejut bukan main. Tapi keadaan saat itu memang kacau. Tentara Belanda pun membantai penduduk sipil dengan kejam. Jika tentara Belanda berpatroli dan melihat ada yang mengenakan lencana merah putih, maka mereka akan memaksa orang tersebut menelan lencana yang terbuat dari kaleng itu.

Ironisnya para ABG mengisi kemerdekaan dengan menjadi germo dan pelacur.

sumber : http://www.merdeka.com/tag/b/bung-karno/index3.html


kisah bung karno part 2




Cerita sedih Soekarno tak punya uang untuk pernikahan putrinya

Soekarno hidup menderita di akhir hidupnya. Dia menjalani tahanan rumah dan selalu dijaga ketat oleh tentara. Pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto memperlakukan proklamator RI ini sebagai pesakitan.

Soekarno tak punya uang simpanan di akhir hidupnya. Ketika salah seorang putrinya hendak menikah, Soekarno tak punya uang. Dengan malu dan terpaksa, dia meminta bantuan salah seorang istrinya, Yurike Sanger, untuk mencarikan utangan Rp 2 juta.

Dengan pengawalan ketat, Soekarno menemui Yurike. Wanita itu menangis melihat Soekarno. Tak ada lagi kegagahan yang dulu tampak. Sosok Soekarno kini tua dan renta karena tekanan batin. 

"Mas tak ingin diberi stempel sebagai bapak yang gagal. Yang jadi persoalan utama, Mas tidak punya uang. Hidupku selama ini sama sekali untuk bangsa dan negara, sama sekali untuk kepentingan nasional," beber Soekarno dengan getir.

Untungnya beberapa hari kemudian Yurike bisa mendapatkan uang itu. Dia mendapat pinjaman lunak dari seorang pengusaha.

Hal itu diceritakan Yurike Sanger dalam memoarnya yang ditulis Kadjat Adra'i dan diterbitkan Komunitas Bambu.

Peristiwa lain terjadi tahun 1969, saat itu Rachmawati Soekarnoputri menikah dengan Martomo Pariatman Marzuki. Soekarno dengan penjagaan ketat tentara Orde Baru datang ke pernikahan itu. Suasana sungguh mengharukan. Fatmawati, istri Soekarno menyambut suami yang lama tidak ditemuinya. Fatmawati pun sedih melihat kondisi Soekarno yang kurus dan lemah.

Dengan kasar tentara itu mengusir Fatmawati agar tak mendekati Soekarno. Presiden pertama ini benar-benar diperlakukan seperti narapidana.

Saat Sukmawati menikah, peristiwa itu terulang lagi. Soekarno semakin lemah. Dia bahkan harus dipapah saat naik tangga. Soekarno menangis tersedu-sedu melihat putrinya menikah. Hadirin pun menangis melihat Soekarno sangat tak berdaya.

Tapi tidak demikian dengan para penjaga Soekarno. Tanpa belas kasihan mereka mendorongSoekarno masuk mobil saat jam kunjungan berakhir. Saat Soekarno hendak melambaikan tangan, para tentara itu menarik tangan Soekarno dengan kasar.

Tak ada bedanya dengan memperlakukan bandit jalanan. Inilah senjakala sang pemimpin besar revolusi. Dicampakkan bangsanya sendiri.




Kisah Pasukan Baret Merah RPKAD hadang konvoi Presiden Soekarno

12 Anggota Kopassus TNI AD menjalani persidangan perdana kasus penyerangan Lapas Cebongan hari ini. Para prajurit baret merah tersebut didakwa atas penyerangan yang menewaskan Hendrik Angel Sahetapi alias Deki (31), Yohanes Juan Mambait (38), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33). Motif mereka menuntut balas kematian Serka Heru Santoso yang dihajar hingga tewas di Hugo's Cafe.

Ada cerita antara pasukan korps Baret Merah ini dengan Presiden Soekarno di senjakala kekuasaannya. Setelah mengeluarkan surat perintah 11 Maret 1966, kekuasaan Soekarno terus dipreteli. Soekarno memang masih presiden, tapi kekuasaan sudah dipegang Mayjen Soeharto .

Suasana Jakarta sangat menegangkan pada saat itu. Tentara berpatroli keliling kota dengan panser dan truk. Di setiap ruas jalan, satu regu tentara bersenjata dan kawat berduri merupakan pemandangan lazim.

Ceritanya, tanggal 18 Maret 1966, Soekarno akan berangkat ke Istana Bogor. Sesuai protap kepresidenan, Detasemen Kawal Pribadi (DKP) mengawal Soekarno . Mereka mengibarkan bendera kuning kepresidenan. Artinya jelas, ini rombongan resmi. Presiden bukan dalam keadaan incognito atau penyamaran.

Komandan DKP AKBP Mangil Martowidjojo menceritakan saat dramatis tersebut dalam buku Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan & Petualang yang ditulis wartawan Senior Julius Pour, terbitan Kompas.

Baru berjalan puluhan meter, di depan sudah ada barikade. Mereka dicegat sepasukan RPKAD yang dipimpin seorang kapten di dekat Air Mancur, Jl Medan Merdeka Barat.

"Bapak berada di mobil nomor dua, paling depan jip DKP, nomor tiga mobil yang saya naiki dan ditutup oleh jip DKP. Begitu konvoi berhenti, sesuai prosedur, semua anak buah saya langsung berhenti melindungi mobil bapak sambil melepas kunci pengaman senjata," kata Mangil.

Saat itu DKP bersenjatakan senapan otomatis AR-15 yang lebih canggih dari AK-47 yang dibawa RPKAD. Mangil tak takut menembak jika keselamatan Soekarno terancam.

"Stop, ini rombongan siapa? teriak kapten RPKAD itu.

Mangil menjawab tegas. "Kalau Kapten melihat bendera di mobil kedua, sebagai perwira ABRI harusnya tahu. Ini konvoi resmi Presiden Republik Indonesia."

"Tetap harus diperiksa," balas kapten berbaret merah itu.

Mangil tak mau kalah. "Silakan. Tetapi, sebelum kapten bergerak maka kami harus tembak lebih dulu. Sebab tanggung jawab kami sebagai DKP jelas tidak pernah mengizinkan perjalanan Presiden RI terhalang," tegas Mangil.

Dua perwira tersebut adu urat. Anak buah mereka bersiaga dengan tegang. Menggengam senapan yang siap menyalak. RPKAD adalah pasukan elite terbaik. Mereka juga yang membebaskan RRI dari tangan PKI. RPKAD menduduki Halim dan mereka juga yang akhirnya menemukan sumur tua di Lubang Buaya berisi jenazah para jenderal. Ini pasukan pemukul andalan Soeharto saat itu.
Tapi jangan remehkan DKP, mereka polisi pilihan. Sudah mengawal Soekarno sejak proklamasi dibacakan tanggal 17 Agustus 1945.

Kesetiaan DKP pada Soekarno sudah terbukti seratus satu persen. Keberanian mereka telah menyelamatkan Soekarno dari beberapa kali percobaan pembunuhan. Kali ini pun mereka siap bertempur habis-habisan.
RPKAD dan DKP, para prajurit yang siap tempur untuk membela apa yang mereka yakini.

Untunglah akhirnya Kapten RPKAD tersebut mengalah. Dia membiarkan rombongan Soekarnomelintas tanpa perlu digeledah. Rombongan pun melaju mulus sampai Bogor.

Tapi Jenderal Soeharto tak membiarkan insiden itu berlalu begitu saja. Tanggal 23 Maret 1966,Soeharto membubarkan Tjakrabirawa. Pengawalan Istana diserahkan ke Polisi Militer Angkatan Darat. Tidak sampai di situ, tanggal 16 Agustus 1967, Soeharto membubarkan DKP. Seluruh personel DKP dikembalikan ke Korps Brimob berdasarkan perintah Panglima Korps Brimob.Soeharto tahu loyalitas para pengawal Soekarno ini.

Soeharto akhirnya menahan Soekarno hingga proklamator ini meninggal dunia tanggal 21 Juni 1970.

Soekarno pilih jadi tumbal revolusi daripada lari ke luar negeri

Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno meninggal dunia tanggal 21 Juni 1970. KekuasaanSoekarno secara perlahan dipreteli penguasa Orde Baru. Sejak 1 Oktober 1965, awan hitam mulai melingkupi senjakala di hari-hari terakhir Soekarno.

Jenderal Soeharto saat itu menguasai hampir seluruh kekuatan militer. Orang yang dianggap PKI atau Soekarnois dengan mudah ditangkap dan dibunuh. Banjir darah dimana-mana.

Di tengah kondisi yang semakin mencekam, sekitar tahun 1967 para loyalis Soekarno meminta agar sang presiden pergi ke luar negeri untuk sementara. Jika keadaan sudah aman, Soekarno bisa kembali ke Indonesia. Saat itu Soekarno banyak memiliki sahabat di luar negeri. Tentu dengan mudah mereka akan memberikan bantuan.

Apa jawaban Soekarno?

"Saya tidak mau. Masak saya harus meninggalkan rakyat dalam kondisi seperti itu," kata Soekarnotegas.

Kalau ke luar negeri tidak mau, mereka meminta Soekarno bersembunyi di Jawa Timur saja. Daerah itu dikenal sebagai tanah kelahiran sang proklamator. Loyalis Soekarno di sana militan. Sebagian besar kekuatan militer di sana juga mendukung Soekarno.

Lagi-lagi Soekarno tidak mau. Hal ini tentu membuat kesal para loyalisnya. Hal itu diceritakan dalam buku 'Hari-hari Terakhir Soekarno' yang ditulis Peter Kasenda dan diterbitkan Komunitas Bambu.

"Bung Karno ini kok apa-apa tidak mau. Maunya apa? Keadaan Bung Karno sudah seperti ini. Kita ingin Bung Karno selamat. Semestinya Bung Karno menurut" kata Nyonya Supeni yang mewakili para pendukungnya.

Soekarno yang semula diam, angkat bicara. Dia mengingatkan tahun 1957, kapal induk Amerika Serikat sudah berlayar ke perairan Indonesia. AS kala itu membantu pemberontakan PRRI/Permesta di Sulawesi dan Sumatera. AS menyumbang dana dan senjata untuk memecah Indonesia. Kini, jika dirinya pergi, pasti AS akan melakukan hal itu lagi.

"Kalau saya pergi ke luar negeri atau saya pergi ke Jawa Timur dan kemudian terjadi perang saudara melawan orang yang hendak menjatuhkan saya. Kamu tahu saya tidak bisa melihat pertumpahan darah di antara kita sendiri. Tidak," tegas Soekarno.

Soekarno bicara panjang lebar soal pencapaian Indonesia merebut Irian Barat dari Belanda. Sayang sekali negara persatuan yang sudah membentang dari Sabang sampai Merauke terpecah-pecah karena perang saudara.

"Ingatlah, biar saya tenggelam asal negara kesatuan Republik Indonesia tetap eksis," kata Soekarno.

Soekarno memilih takdirnya. Kelak dia akan dimasukkan tahanan rumah oleh pemerintahan Orde Baru hingga meninggal. Nasib Bapak Bangsa ini berakhir tragis. Tumbal untuk revolusi Indonesia.


kisah bung karno part 1




Sampai meninggal Soekarno tak punya rumah pribadi

Awan hitam menggantung di senjakala hidup Soekarno. Kekuasaannya dipreteli Orde Baru. Tubuh dan jiwanya dimasukkan dalam tahanan rumah. Dijaga ketat sehingga tak bisa melihat rakyat Indonesia. Ini siksaan terberat untuk Soekarno. Menyaksikan kerumunan rakyat dan bicara dengan mereka adalah jiwa Soekarno.

Soekarno ditahan di Wisma Yasoo, tempatnya dulu tinggal bersama Ratna Sari Dewi alias Naoko Nemoto. November 1966, Soekarno meminta Dewi meninggalkan Jakarta. Saat itu Dewi sedang mengandung, Soekarno takut terjadi apa-apa. Maka dia mendesak Dewi kembali ke Jepang.

Bangunan Wisma Yasoo itu milik negara. Setelah Dewi ke luar negeri, rumah itu kosong. Akhirnya Soeharto menahan Soekarno di sana seorang diri. Hingga meninggal, Soekarno tak punya rumah pribadi. 

"Aku satu-satunya presiden di dunia ini yang tidak punya rumah sendiri. Baru-baru ini rakyatku menggalang dana untuk membuatkan sebuah gedung buatku. Tapi di hari berikutnya aku melarangnya. Ini bertentangan dengan pendirianku. Aku tidak mau mengambil sesuatu dari rakyatku. Aku justru ingin memberi mereka," ujar Soekarno seperti ditulis Cindy Adams dalam buku 'Bung Karno, Penyambung Lidah Bangsa Indonesia'.

Sebenarnya Soekarno pernah 'hampir' punya rumah. Ada sebuah rumah di Batu Tulis, Bogor, yang merupakan milik Soekarno. Tetapi saat Soekarno lengser, rumah itu disita Orde Baru.

Tragisnya di Wisma Yasoo, Soekarno hidup kekurangan. Dia sering kekurangan uang, bahkan untuk biaya hidup dan pegangan sehari-hari. Walaupun status tahanan, tentu ada saja keperluan Soekarnoyang tak ditanggung negara. Akhirnya Soekarno sempat meminta bantuan untuk meminjam uang. 

Soekarno juga tak punya mobil pribadi. Mobil miliknya dijual untuk membiayai pembangunan Patung Pancoran.

Pada Februari 1967, Soekarno dirawat di rumah sakit dan meminta Edhi Sunarso menemui dia. Dalam kondisi sakit, Soekarno meminta Edi menyelesaikan patung itu dan segera dipasang. Edi memberitahukan proyek itu mandek karena kurang biaya. 

Sampai-sampai Edhi menggadaikan rumahnya. Mendengar hal itu, Soekarno meminta asistennya menjual salah satu mobilnya dan uangnya diserahkan kepada Edhi Sunarso.

Seminggu kemudian, Edhi menerima uang dari penjualan mobil itu sebanyak Rp 1,7 juta. Dengan uang itu, dia menyelesaikan pembuatan tugu Pancoran.

Soekarno meninggal 21 Juni 1970. Tak ada warisan yang ditinggalkan Soekarno pada bangsa ini selain semangat dan gelora revolusi.



Cerita Bung Karno tak mampu beli seikat rambutan

Seorang presiden tentu mampu membeli seikat buah rambutan. Jangankan seikat, satu gerobak pun pasti mampu dibeli olehnya.

Namun, tak demikian dengan Presiden Soekarno . Percaya tidak percaya, Presiden yang satu ini tak mampu membeli seikat rambutan karena tak memiliki uang.

Ceritanya, setelah Soeharto diangkat menjadi pejabat presiden RI pada maret 1967, kehidupan Bung Karno begitu dibatasi oleh pemerintah. Bung Karno tak boleh masuk Jakarta dan hanya boleh berada di Bogor. Saat itu Bung Karno tinggal di Paviliun Istana Bogor.

Meski telah ditetapkan sebagai tahanan politik oleh pemerintahan Soeharto , Bung Karno tak pernah menampakkan kesedihannya kepada orang lain. Bung Karno masih sering jalan-jalan keliling kota untuk melihat situasi dan kondisi rakyat. Suatu ketika, Bung Karno tengah berkeliling kota dengan menumpangi mobil VW Combi.

Tiba-tiba Bung Karno meminta ajudan perempuannya, Putu Sugiarti, untuk membeli satu ikat rambutan dari pedagang rambutan di pinggir jalan.

"Tri, beli rambutan.' Saya tanya 'Uangnya mana?' 'Sing ngelah pis,' ujarnya dalam bahasa Bali yang berarti saya tidak punya uang. Jadi pakai uang saya," demikian cerita Putu Sugiarti dalam buku 'Hari-Hari Terakhir Sukarno' Karya Peter Kasenda, terbitan Komunitas Bambu.

Putu Sugiarti lantas menuruti perintah Bung Karno . Dia tahu betul Bung Karno sangat menyukai rambutan rapiah. Dia lantas mencicipi terlebih dahulu rambutan itu di tempat pedagangnya.

"Bang antarkan ini ke bapak yang di mobil itu, yang kepalanya botak," kata Putu. Saat itu Bung Karnosudah tak lagi mengenakan peci dan kacamata.

Pedagang rambutan itu pun menuruti permintaannya. Dia langsung mengantarkan rambutan itu ke mobil. "Dia antar. Bung Karno bertanya dengan suara khasnya, 'Benar manis?," tanya Bung Karno .

Sadar pria di dalam mobil adalah Bung Karno , pedagang rambutan itu langsung histeris. Dia langsung memberitahukan kepada semua orang ada Bung Karno di dalam mobil. Suasana pun berubah menjadi geger.

"Hoi... ada Bung Karno .' Besoknya saya dimarahi komandan," kata Putu.

Ke depan, Bung Karno dijadikan tahanan rumah oleh pemerintahan Soeharto . Gerak geriknya selalu diawasi dan dibatasi. Bahkan keluarganya sendiri dipersulit untuk menemuinya.
Bung Karno dijauhkan dari rakyat yang dicintainya. Sang proklamator dibuat seolah-olah hidup seorang diri. Bung Karno dizalimi bangsanya sendiri.
Bung Karno memang sosok presiden yang tak memanfaatkan jabatan untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Bahkan, hingga akhir hayatnya, rumah pun dia tak punya.

Sungguh teladan yang patut ditiru dan cermin bagi para pejabat yang saat ini gemar menumpuk kekayaan lewat korupsi.


Dengan sandal butut dan kaos lusuh, Soekarno tinggalkan istana

Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mencabut kekuasaan Presiden Soekarnotanggal 12 Maret 1967. Sebelumnya sejak Surat Perintah 11 Maret 1966, kekuasaan memang telah beralih pada Jenderal Soeharto. 

Soekarno menolak anjuran loyalisnya untuk melawan Jenderal Soeharto. Dia memilih mengalah. Maka pelan-pelan Soekarno yang masih tinggal di Istana Negara dijadikan tahanan rumah. Pemerintahan Orde Baru mulai memerintahkan menurunkan gambar-gambar Soekarno dari kantor-kantor dan sekolah.

16 Agustus 1967, Soekarno meninggalkan Istana. Tak ada raungan sirine atau pengawalan laiknya seorang pejabat negara. Tidak ada lagi bendera kepresidenan yang 20 tahun menemani Soekarno.

"Bung Karno keluar hanya memakai piyama warna krem serta kaos oblong cap cabe. Baju piyamanya disampirkan di pundak, memakai sandal cap bata yang sudah usang. Tangan kanannya memegang koran yang digulung agak besar, isinya bendera sang saka merah putih," kata Perwira Detasemen Kawal Pribadi Sogol Djauhari Abdul Muchid.

Hal itu diceritakan dalam buku 'Hari-hari Terakhir Soekarno' yang ditulis Peter Kasenda dan diterbitkan Komunitas Bambu.

Tak ada pengawalan layaknya kepala negara, hanya seorang pria tua berusia 65 tahun terkantuk-kantuk dalam mobil tua menyusuri jalanan Jakarta yang macet. 

Soekarno sempat tinggal di paviliun Istana Bogor. Gerakannya masih relatif bebas. Maka tentara kemudian melarang Soekarno kembali ke Jakarta. Tentu hal ini membuat Soekarno menderita. Dia mulai sakit-sakitan.

Akhirnya Agustus 1967, Soeharto juga mengeluarkan ultimatum bagi anak-anak Soekarno. Mereka disuruh meninggalkan Istana Negara. Terpaksa mereka tinggal mengontrak, sementara sebagian tinggal bersama Fatmawati di Kebayoran Baru.

Desember 1967, giliran Soekarno dan Hartini yang diperintah meninggalkan paviliun Istana Bogor. Kondisi kesehatan Soekarno makin buruk. Dia kemudian pindah ke Batutulis, sebelum akhirnya menjadi tahanan rumah di Wisma Yasoo, Jakarta.

Di Wisma Yasoo inilah Soekarno diperlakukan sebagai pesakitan. Kondisinya terus memburuk. Tanggal 21 Juni 1970, Soekarno menghembuskan nafas terakhir. Berakhirlah hidup Proklamator, pejuang dan presiden pertama Indonesia ini. Ironisnya, dalam status tahanan rumah. Dia ditahan oleh bangsanya sendiri.

sumber : http://www.merdeka.com/tag/b/bung-karno/index1.html